GUBERNUR RIA NORSAN HARAP MABM KALBAR TERUS JAGA NILAI LUHUR ADAT MELAYU

No  :   203   /RO-ADPIM/2025

Ket : Publish

 

GUBERNUR RIA NORSAN HARAP MABM KALBAR TERUS JAGA NILAI LUHUR ADAT  MELAYU

 

PONTIANAK – PONTIANAK - Gubernur Kalimantan Barat, Drs. H. Ria Norsan, M.M., M.H., dengan didampingi Istri selaku Ketua TP-PKK Kalbar, Dr.(Cand) Hj. Erlina, S.H., M.H., menghadiri Milad ke-28 dan Halal Bi Halal Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Provinsi Kalbar di Rumah Adat Budaya Melayu Pontianak, Jum’at (18/4/2025).

 

Di tengah cepatnya arus perubahan zaman dan derasnya gelombang globalisasi, Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalimantan Barat terus meneguhkan komitmennya dalam menjaga nilai-nilai luhur adat dan budaya Melayu.

 

Gubernur Kalimantan Barat, Ria Norsan menyampaikan apresiasi setinggi tingginya terhadap peran MABM dalam menjaga keutuhan sosial dan memperkuat identitas budaya daerah.

 

“Majelis Adat Budaya Melayu Kalimantan Barat adalah mitra strategis pemerintah dalam menjaga harmoni antar-etnis dan membina nilai-nilai kebangsaan,” kata Ria Norsan dalam sambutannya.

 

Orang nomor satu di Kalbar itu mengakui bahwa pembangunan tidak hanya berbicara soal infrastruktur fisik, tetapi juga kebudayaan sebagai pondasi karakter bangsa. 

 

Norsan  pun menyatakan kesiapan Pemprov Kalbar untuk terus memberikan dukungan, termasuk dalam upaya revitalisasi gedung dan pelaksanaan festival kebudayaan.

 

“Festival bukan hanya kegiatan seremonial. Ia adalah ruang edukasi, ekspresi, dan diplomasi budaya yang penting untuk anak-anak muda kita. Kita akan bantu,” ujarnya.

 

Disamping itu dirinya berharap ke depan, sinergi antara pemerintah daerah dan MABM makin diperkuat, termasuk dalam pelestarian nilai-nilai lokal, edukasi multikultural di sekolah-sekolah, dan digitalisasi arsip budaya.

 

“Jangan sampai budaya kita hanya jadi artefak. Ia harus hidup dalam laku, dalam narasi, dan dalam semangat generasi muda,” terangnya.

 

Sementara itu, Ketua Umum MABM Kalbar, Prof. Dr. Chairil Effendi, dalam sambutannya pada peringatan hari lahir ke-27 lembaga tersebut, mengungkapkan bahwa gagasan awal pembentukan MABM sudah tercetus sejak 1966, usai digelarnya Dialog Kalimantan IV di Pontianak. 

 

Saat itu, Chairil yang masih berada di Yogyakarta untuk menyelesaikan studinya di Fakultas Sastra Universitas Gadjah Mada, telah aktif memperkenalkan sastra dan budaya Melayu ke berbagai forum intelektual di Malaysia dan Brunei Darussalam.

 

“Saya diminta untuk bicara tentang sastra dan kebudayaan Melayu. Dari Sabang, Labuan, Malaka, Kuala Lumpur hingga Brunei Darussalam, saya melihat bahwa wawasan tentang kemelayuan sangat dibutuhkan di kawasan serumpun,” ujar Chairil mengenang masa itu.

 

Chairil juga menyebut nama almarhum Haji Ali KJ sebagai salah satu deklarator penting dalam pendirian MABM Kalbar. 

 

Lembaga ini berdiri di tengah situasi sosial-politik Indonesia yang penuh gejolak, setahun sebelum pecahnya reformasi 1998 dan beberapa bulan sebelum terjadinya konflik sosial di Sambas dan Tanah Merah.

 

Dalam lintasan sejarahnya, MABM tak sekadar menjadi simbol budaya, tetapi juga aktif menyelesaikan persoalan sosial melalui jalur musyawarah dan pendekatan kultural. Salah satu terobosan pentingnya adalah pembentukan “Perguruan Merah Putih” sebagai ruang kolaborasi antar-etnis di Kalbar.

 

“Konflik sosial budaya kerap muncul. Tapi kami berusaha menyelesaikannya dengan musyawarah. Itulah warisan nilai Melayu yang menjunjung tinggi harmoni,” kata Chairil.

 

Chairil menegaskan bahwa kebudayaan Melayu bukan hanya terlihat dari bangunan atau festival, tetapi lebih dalam yakni sebagai sistem nilai dan panduan hidup. 

 

Dalam era digital, ia menilai tantangan utama kebudayaan adalah lunturnya keadaban karena dominasi materialisme dan budaya permisif. Namun demikian, Chairil tak menutup mata atas keterbatasan. Ia menyampaikan permohonan kepada Pemerintah Provinsi Kalbar agar dapat membantu revitalisasi Balai Musyawarah Wisma Ria, gedung bersejarah tempat kegiatan MABM yang telah berusia lebih dari 20 tahun, serta mendukung pelaksanaan Festival Melayu ke-14 tahun depan.

 

“Sebagian masyarakat kita, termasuk Melayu, tergoda oleh cara hidup yang hanya mengejar materi. Kalau ini terus berlanjut, bangsa kita bisa mengalami ‘rabun jauh’ dan sibuk mengurusi hari ini, tapi melupakan masa depan,” tutup Chairil.

Seusai acara tersebut, Gubernur Ria Norsan diajak jajaran pengurus MABM untuk meninjau museum Melayu. Dimana dalam museum tersebut menjadi tempat berkumpulnya barang-barang antik khas kebudayaan melayu serta melihat bangunan gedung yang akan direvitalisasi untuk kepentingan kepengurusan dalam memajukan MABM di Kalimantan Barat. (Rfa/irm)

18 April 2025